0
Menyesal.Kata ini merupakan kata yang tidak asing lagi bagi kita dan kerap diucapkan diakhir sebuah peristiwa atau kejadian. Biasanya peristiwa yang dialami adalah kejadian yang tidak kita inginkan.”Aduuuh, andai saja aku tidak melakukannya”.”Aaah coba tadi aku pilih jurusan ini”.”Kenapa dulu aku tidak sungguh-sungguh dalam belajar”. Begitu kira-kira beberapa contoh kalimat penyesalan itu.
Penyesalan memang selalu datang belakangan, dan akan tetap begitu. Lagipula mana ada penyesalan letaknya di depan, kalau yang demikian namanya bukan penyesalan tapi antisipasi akan kejadian di masa yang akan datang. Macam-macam cara orang dalam mengekspresikan penyesalan, ada yang sabar bahkan tak sedikit yang diiringi dengan ratapan. Tak cuma itu, entah karena sangat menyesal akibat penderitaan yang di alami, tak jarang orang-orang yang menyesal ini begitu inginnya kembali ke masa lalu untuk memperbaiki kesalahannya (memangnya Doraemon ada mesin waktu).
Kesalahan apapun yang telah kita lakukan apapun dampaknya bagi orang lain, tentu ia tidak akan bisa ditarik kembali apalagi dirubah. Kesalahan yang telah dilakukan akan menjadi masa lalu yang tertinggal di belakang. Bagaimana pun caranya, kita tidak akan pernah bisa kembali ke masa lalu untuk memperbaiki semua. Apa yang telah terjadi ya biarlah terjadi.
Mari ‘istirahatkan’ sejenak logika kita semua, sekarang saatnya sejenak kita berimajinasi. Seandainya saja dalam kehidupan ini, kita memiliki mesin waktu seperti yang dimiliki oleh doraemon dan kita juga berhak untuk mengubah masa lalu. Tentu orang-orang akan berbondong-bondong datang menghampiri mesin waktu yang berbentuk laci meja belajar ini.
Bagiku pribadi jika memang ada mesin waktu itu di dunia, tentu tidak akan pernah ku gunakan. Bagiku masa lalu tetaplah masa lalu, biarlah ia berada dibelakang. Tak perlu kita merubah atau meralatnya. Justru jika kita dapat kembali dan mengubah masa lalu, hal itu akan membuat rasa hidup ini tidak ada sama sekali alias hambar. Tidak akan berwarna hidup ini jika tanpa ada tantangan dan penderitaan yang kita alami. Padahal tantangan dan penderitaan yang di alami merupakan batu asah yang senantiasa mengasah dan menajamkan kita agar lebih tangguh dalam mengarungi kehidupan.
Bayangkan saja, ketika kita tahu kita tidak naik kelas, atau gagal dalam suatu urusan maka kita akan memakai mesin waktu untuk merubah masa lalu dan belajar sungguh-sungguh agar kegagalan tidak terjadi. Sungguh kalau memang demikian rasa hidup sangat-sangatlah hambar.
Hidup itu adalah pembelajaran, pembelajaran tidak di dapat dengan cara kembali ke masa lalu lantas mengubah segalanya. Kita memang seharusnya menyesal atas tindakan kita di masa lalu. Tapi justru tidak serta merta penyesalan itu menjelma menjadi ratapan dan umpatan sehingga berharap mampu memutar waktu. Kalau kita dapat kembali ke masa lalu, itu namanya bukan pembelajaran. Sebaik-baik orang yang menyesal adalah orang yang mampu mengambil pelajaran dari peristiwa yang telah lalu dan berbuat yang tebaik dari sebelumnya. Maka dari itu sejatinya orang yang pernah menyesal adalah mereka yang tak mengulangi masa lalunya dan menjadi orang yang lebih tangguh dari sebelumnya tanpa berharap dapat memutar waktu. Ingat lho menyesal itu hanya mengambil pelajaran dari masa lalu, bukan mengambil mesin waktu untuk kembali ke masa lalu.
0Awesome Comments!