0
Pesawat eksperimental Falcon Hypersonic Technology Vehicle-2 (Falcon HTV-2) milik Amerika Serikat kembali hilang kontak saat melakukan uji terbang kedua, Kamis (11/8/2011) waktu setempat. Pesawat tersebut dirancang menjadi senjata masa depan Amerika Serikat, yang bisa mencapai hampir seluruh penjuru dunia hanya dalam waktu satu jam.
Pesawat berbentuk seperti mata anak panah tersebut diluncurkan dari Pangkalan Angkatan Udara Vandenberg, California, di pantai barat Amerika Serikat (AS), sekitar 200 kilometer (km) barat laut Los Angeles, Kamis pagi pukul 07.45. Sinyal komunikasi dengan pesawat hilang sekitar sembilan menit setelah pesawat itu dilepas dari roket peluncurnya.
"Data lebih dari sembilan menit sempat dikumpulkan sebelum suatu anomali menyebabkan sinyal hilang. Berbagai indikasi awal menunjukkan pesawat itu jatuh di Samudra Pasifik, di jalur terbang yang telah direncanakan," demikian bunyi pernyataan Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA), yang membuat dan menguji coba pesawat tersebut.
Falcon HTV-2 diluncurkan menggunakan roket Minotaur 4, yang akan membawa pesawat itu ke ketinggian suborbital, lebih dari 100 km dari permukaan laut. Di ketinggian tersebut, pesawat tak bermesin itu dilepas dan melakukan manuver untuk melayang dengan kecepatan hipersonik 20 kali kecepatan suara (Mach 20, atau sekitar 21.000 km per jam) dan dijadwalkan menempuh jarak 7.700 km hingga ke tengah Samudra Pasifik.
Menurut DARPA, yang bekerja sama dengan Angkatan Udara AS (AU AS) untuk mengembangkan pesawat ini, peluncuran roket berjalan sukses dan pemisahan HTV-2 dari roket peluncurnya terkonfirmasi dengan rekaman video. Namun, kegagalan terjadi pada fase kritis saat pesawat itu melayang secara aerodinamis dengan kecepatan tinggi.
Falcon HTV-2 kali pertama diuji terbang pada 22 April 2010 dan sempat mencapai kecepatan antara Mach 17 dan Mach 22 selama 139 detik sebelum hilang kontak.
Meski gagal, penerbangan perdana itu berhasil menguji beberapa fungsi penting, termasuk fungsi kendali jarak jauh supercepat dan mempertahankan sinyal GPS yang dibutuhkan untuk mengendalikan pesawat yang melesat dengan kecepatan 5,76 km per detik ini.
Meski demikian, fungsi kontrol jarak jauh yang sempurna untuk pesawat secepat itu sampai sekarang belum ditemukan.
"Kami sekarang tahu bagaimana meluncurkan pesawat itu hingga mendekati luar angkasa. Kami tahu bagaimana memasukkan pesawat itu kembali ke atmosfer untuk terbang dengan kecepatan hipersonik. Namun, kami belum tahu bagaimana mendapatkan sistem kendali yang diinginkan dalam fase penerbangan aerodinamis. Ini menjengkelkan, tetapi saya yakin solusinya akan ditemukan," tutur Manajer Program Falcon HTV-2 Mayor Chris Schulz dari AU AS.
Riset pesawat HTV ini adalah bagian dari ambisi militer AS dalam menemukan teknologi pesawat yang mampu merespons setiap ancaman dari seluruh penjuru dunia dalam waktu satu jam. Dengan kecepatan hipersonik ini, jarak kota New York di pantai timur AS hingga ke Los Angeles di pantai barat akan ditempuh hanya dalam waktu 12 menit.
0Awesome Comments!