Bencana alam di jakarta,

0



Bencana, Bencana, dan Bencana..
 Duka tengah menyelimuti Indonesia. Betapa tidak, sejumlah bencana susul-menyusul menerjang sebagian wilayah RI. Kisah pilu pun mewarnai perjalanan Ibu Pertiwi pada awal 2014 ini.

Berita Terkait

Pengungsi Banjir Gang Arus Dapat Salam dari SBY

Pengungsi Banjir Gang Arus Dapat Salam dari SBY

Ini Resep Kuat Blusukan Warisan Leluhur Jokowi

Ini Resep Kuat Blusukan Warisan Leluhur Jokowi

Kondisi mengenaskan itu membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melakukan rapat terbatas. Rapat tersebut khusus membahas sejumlah bencana di sejumlah wilayah, termasuk mengelola dampak ekonomi akibat bencana.
"Hari ini rapat terbatas kita khusus membahas penanganan bencana, khusus lagi saudara kita yang ada di Sinabung. Terima kasih BNPB dan instansi terkait untuk membantu daerah tangani bencana di tempatnya masing-masing," kata SBY saat membuka rapat di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa 21 Januari 2014.
SBY mengatakan, dalam beberapa hari terakhir dirinya telah menghubungi sejumlah kepala daerah yang wilayahnya diterjang bencana. Mereka adalah Gubernur DKI Jakarta, Gubernur Sulawesi Utara, Gubernur Sumatera Utara, dan Gubernur Jawa Barat.
Dia meminta semua pihak untuk bergerak cepat, menggunakan anggaran tepat, dan sesuai aturan hukum. Bahkan ia menegaskan tak perlu takut kepada KPK jika anggaran digunakan untuk menolong korban bencana.
Kepala Negara juga menyampaikan bencana saat ini bukan hanya terjadi di Indonesia saja, tapi juga di seluruh dunia. Namun, bencana di Indonesia banyak terjadi di provinsi, meski tak meluas seperti Jakarta, Manado, dan Tanah Karo.
Air Lumpuhkan Segalanya
Sepekan sudah Ibukota direpotkan dengan banjir. Sejumlah daerah bahkan lumpuh akibat aksesnya sulit ditembus lantaran digenangi air.
Di antara para korban yang merasakan pilunya banjir ialah warga Kampung Pulo, Jakarta Timur. Mereka yang sudah bertahun-tahun tinggal di bantaran kali ini berdesak-desakan di posko pengungsian. Rumah mereka pun terendam air hingga 7 meter.
Meski sempat surut, ketinggian air di wilayah langganan banjir itu kini kembali naik 4 meter. Air dari Bendung Katulampa Bogor saat ini sedang mengalir menuju Jakarta. Banjir tinggi dipastikan akan kembali menyapa warga. "Pengungsi bakal meningkat sampai 5.000 lebih," kata Lurah Kampung Melayu Bambang Pangestu.
Data Pusat Pengendalian Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta sementara mencatat lebih dari 30 ribu jiwa mengungsi. Sebanyak 48.263 jiwa (10.520 KK) terdampak langsung dari banjir.
"Daerah yang terendam banjir meliputi 564 RT, 349 RW, 74 kelurahan di 30 kecamatan. Korban meninggal dunia tercatat 7 orang," kata Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.
Tak hanya Ibukota, air juga melumpuhkan jalur Pantura. Jalur di Subang, Jawa Barat, bak hamparan sungai. Ruas jalan Pantura-Pamanukan dan Ciasem tak lagi terlihat.
Sejumlah truk mengantre melintasi ruas jalan. Kepadatan itu disebabkan salah satu jalur ambles akibat hujan deras.
Di Indramayu, Jawa Barat, banjir juga tak kalah parah. Pengendara yang melintasi wilayah tersebut harus bersabar hingga berhari-hari.
"Saya sudah berada di bus selama 2 hari 2 malam akibat macet di jalur Pantura ini, tetapi belum juga lancar," kata Sunaryo, seorang penumpang bus dari Purworejo, Jawa Tengah dengan tujuan Depok, Jawa Barat.
Bahkan, korban banjir di Kabupaten Indramayu hingga kini masih terlantar. Mereka terisolir dan belum mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat.
"Warga di Desa Soge kekurangan air bersih, selain itu aliran listrik belum normal. Mereka sulit keluar dari pemukiman karena dikepung banjir," kata warga Desa Soge, Rastim, di Indramayu, Jawa Barat, Selasa (21/1/2014).
Duka Semburan Gunung Sinabung
Ribuan warga hingga kini masih tinggal di pengungsian akibat Gunung Sinabung yang terus bergeliat. Raut kesedihan tampak di wajah para pengungsi di Kampus UKA Kabanjahe dan di lapangan futsal Desa Lau Gumba, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Hingga kini semburan debu vulkanik terus turun menyelimuti seluruh desa di kaki gunung api setinggi 2.460 meter dari permukaan laut itu.
Mereka terpaksa keluar dari desa karena tebalnya debu membuat gelap desa tersebut. Pengungsi belum berani pulang ke desa, walau keresahan menggelayuti. Mereka umumnya khawatir terhadap rumah dan harta benda yang ditinggalkan begitu saja.
Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah pengungsi yang tersebar di 40 titik penampungan mencapai 27.319 orang.
"Jumlah tempat penampungan juga bertambah dari kemarin," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho Sutopo di Cikini, Jakarta.
Kendati demikian, lanjut dia, BNPB hingga kini masih berupaya agar kondisi para pengungsi dan kebutuhannya dapat terus terpenuhi. Namun, usaha itu masih menemui kendala.
Untuk menghabiskan waktu di pengungsian, sejumlah perempuan di pos pengungsian Islamic Center Berastagi, Kabupaten Karo, memiliki kegiatan baru.
Mereka menganyam daun pandan untuk dijadikan wadah cantik dan tikar. Tak hanya itu, sebagian wanita di pengungsian lainnya juga sibuk memasak berbagai macam kue kering.
Dengan modal seadanya, mereka yang sehari hari bekerja sebagai petani sayuran dan buah, mencoba peruntungan dengan membuat kue kering yang selanjutnya dipasarkan ke Kota Medan, Sumatera Utara. Dengan kegiatan ini, para ibu bisa mengisi waktu di pengungsian, sekaligus mendapatkan penghasilan. (Ali)